Sabtu, 01 Maret 2014

Titik Balik


Februari, adalah titik balik.  Sometimes, the hardest decision is deciding whether to “walk away” or “try harder”. Maka pada hari inilah keputusan itu bermula. Sebab berjalan pergi pun sebenarnya adalah mencoba lebih keras lagi. That’s how the life began. Titik balik, transisi, di perbatasan. Apapun itu, aku memilih berjalan pergi. Memulainya kembali.

Menari tak pernah benar-benar menjadi duniaku. Namun aku mencintainya dengan segenap hatiku, di saat aku telah meninggalkannya. Tarian, adalah nafas panjang sebuah gerak kehidupan. Itu saja. Dan menulis, aku mencintainya bahkan sebelum memulainya.
Dulu hanyalah kebiasaan yang dilakukan di antara waktu luang. Kemudian, menjadi sebuah keterpaksaan untuk menghasilkan sebuah tulisan berupa prosa, curhatan, puisi atau apapun. Jika pepatah mengatakan bahwa menulis adalah jalan keluar, maka pada saat itu, bagiku, menulis adalah berlari, menulis adalah menari. Berlari tiada henti, menari seindah mungkin.

Sampai akhirnya kucinta dia dengan sempurna. Saat halaman blog terisi berpatah-patah kata yang biasa namun tak kupervaya aku mampu menuliskannya. Menulis adalah cinta, menulis adalah berjuang, aku sangat mempercayainya, apa yang dikatakn Helvy Tiana Rosa.  

Jika ku katakan ini adalah passion, maka lihatlah apa yang dikatakan Rene CC ini : “ Passion is adjective. Proving that with productivity.” Kau tak pernah benar-benar dianggap mempunyai dan bertanggungjawab terhadap keinginanmu sampai kau menghasilkan karya. Sampai kau mampu membuktikannnya dengan kerja nyata.

Maka setelah memilih keberpijakan sebagai suatu keputusan, disinilah aku berniat memulainya. Kelemahanku untuk menuliskan imajinasi dengan cara yang lebih realistis, seharusnya mampu kupupus dengan berlatih. Tidak maslaah jika sedikit-sedikit. Sebab hal paling sulit dalam hidup sejatinya adalah konsistensi pada hal yang sedikit. 

Pada akhirnya, kubuka lembaran blog baru ini. The dancing letter, adalah rangkaian huruf yang menari, rangkaian kata yang bergerak, rangkaian imajinasi yang terukir. Sedikit-demi sedikit, walau jauh dari sempurna, biarlah aku mecoba. 



Akhir Februari 2014. Rumah dan rumah berikutnya

Tidak ada komentar:

Posting Komentar